Boyolali – Selama kurang lebih 15 tahun, suara masyarakat Boyolali seakan terbungkam oleh kekuasaan yang mengekang. Para kepala desa (kades), perangkat desa, karyawan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemerintah Daerah tersandera dalam sistem yang menekan. Kondisi ini menyebabkan Boyolali dipaksa untuk mengikuti satu warna, dengan intimidasi kekuasaan yang menghantui mereka.
Praktik yang merugikan ini mencakup beberapa aspek, seperti ancaman bagi kades yang tidak patuh untuk tidak mendapatkan bantuan keuangan desa (bankeudes) dan ASN yang enggan urunan akan menanggung beban pemindahan lokasi pekerjaan, yang berarti mutasi ke pelosok Boyolali. Dalam prakteknya, berbagai penyimpangan terjadi:
Bantuan keuangan desa disunat,
Proyek pekerjaan fisik disunat hingga 11%,
Kades, perangkat desa, karyawan BUMD, dan ASN dipaksa gotong royong mengumpulkan dana untuk pemenangan calon legislatif (caleg), calon bupati (cabup), dan calon presiden (capres) dari PDIP.
Situasi ini telah berlangsung lebih dari satu dekade, namun kini hampir seluruh kades, perangkat desa, karyawan BUMD, dan ASN mulai menyadari dan berani untuk melepaskan diri dari belenggu kekuasaan dan paksaan tersebut.
Dalam setiap orasi kampanye pasangan calon Marsono-Saiful di seluruh kecamatan, terlihat adanya upaya untuk merendahkan kades, perangkat desa, karyawan BUMD, dan ASN yang mendukung perubahan. Seno Gedhe, yang berperan sebagai tokoh penggerak, menyatakan bahwa mereka yang berani mendukung perubahan adalah pengkhianat dan koruptor.
Meskipun terdapat aturan yang mewajibkan mereka untuk netral, dukungan kini mulai bergerak ke arah Boyolali Perubahan. Ini merupakan wujud perlawanan terhadap sistem yang diciptakan oleh Seno Gedhe. Peta politik nasional juga mengalami perubahan setelah Prabowo-Gibran menang di putaran pertama Pilpres.
Kades, perangkat desa, karyawan BUMD, ASN, dan seluruh masyarakat Boyolali menginginkan perubahan yang sejalan dengan pemerintah pusat. Menumbangkan tirani kekuasaan di Boyolali menjadi lebih mudah apabila seluruh elemen bersatu. Hanya satu kata yang kini menggema: LAWAN!!! (*)