PT. BERITA ISTANA NEGARA

Air Mata di Ujung Penantian: Kisah Hartono Pria 38 Tahun Asal Sragen Mencari Ayahnya

Berita Istana - Minggu, 6 Oktober 2024 06:49

Mata Jateng 

Sragen – Hartono, seorang pria berusia 38 tahun asal Sragen, hidup dalam kesunyian yang panjang tanpa pernah bertemu dengan sosok ayah kandungnya. Sejak kecil, ia dibesarkan oleh kakek dan neneknya di desa Precet, Girimargo, Miri, Sragen. Nama ayahnya, Pujastoto, adalah sebuah bayang-bayang samar yang hanya ia dengar dari cerita tetangga sewaktu ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Pujastoto, warga asli Jawa Timur, diduga tinggal di Pasuruan. Namun, kabar itu tak pernah bisa dipastikan, tak lebih dari sekedar bisikan di tengah malam yang dingin.

Ketika Hartono menginjak Sekolah Teknik Menengah (STM), dorongan untuk mencari ayahnya semakin kuat. Dia mulai mencari informasi tentang ayah kandungnya, tetapi setiap usaha yang dilakukan berujung pada jalan buntu. Tidak ada seorang pun yang tahu dengan pasti di mana Pujastoto berada. Pertanyaan-pertanyaannya kepada paman, saudara, bahkan tetangga, hanya berujung pada ketidaktahuan.

Pada suatu malam Minggu, tepatnya tanggal 6 Oktober 2024 sekitar pukul 03.00 WIB, Hartono yang gelisah akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan wartawan dari Berita Istana. Di rumah kecilnya di Precet, dia menceritakan kerinduan mendalamnya akan sang ayah.

“Iya, Mas. Waktu itu saya benar-benar kaget ketika tetangga bilang kalau bapak kandung saya ada di Jawa Timur. Sampai sekarang saya tidak tahu keberadaannya, tapi menurut informasi katanya berada di Pasuruan,” kata Hartono dengan mata berkaca-kaca.

Suaranya mulai gemetar saat ia melanjutkan ceritanya. “Saya sudah lama pengin ketemu bapak saya. Semoga bapak masih hidup. Kalau sudah tidak ada, saya ingin tahu di mana kuburnya. Saya sudah tanya ke paman, saudara, tetangga, tapi tidak ada yang tahu. Rasanya sakit, Mas, nggak bisa ketemu bapak saya,” ujarnya sambil menangis.

Baca Juga :  Dunia Pendidikan di Kecamatan Miri Sragen Bebas dari Pungutan Liar dalam Dua Tahun Terakhir

Mendengar kisah pilu Hartono, Warsito, seorang tetangga, memberikan ide untuk mencari informasi ke kantor agama KUA Miri. Warsito menyarankan agar Hartono meminta bantuan untuk melihat arsip pernikahan ayahnya, yang diduga menikah sekitar tahun 1984-1985. Warsito berharap catatan tersebut bisa menjadi petunjuk penting untuk melacak keberadaan Pujastoto.

Hartono, dengan hati yang masih penuh harap, memohon kepada siapapun yang mengenal atau mengetahui keberadaan Pujastoto untuk menghubungi dirinya. “Saya berharap, bagi rekan-rekan yang mengetahui bapak saya, kalau beliau masih hidup, tolong beritahu saya. Melalui nomor Redaksi Berita Istana, 0852-5751-5757. Saya ingin bertemu bapak saya, ingin merasakan pelukan bapak saya yang selama ini hanya bisa saya impikan,” ucapnya sambil menyeka air mata yang tak henti menetes.

Berdasarkan cerita dari tetangga, ayah Hartono pernah berusaha menjemputnya saat masih kecil. Namun, karena kondisi kesehatan ayahnya yang saat itu sedang sakit, pertemuan tersebut tidak pernah terjadi. Kini, Hartono berharap kesempatan itu bisa terwujud, meski puluhan tahun telah berlalu.

Di tengah penantiannya yang panjang, Hartono berharap dia bisa menemukan ayahnya, dan merasakan pelukan yang selama ini hanya ada di angan-angan. Baginya, bertemu sang ayah adalah mimpi yang tak bisa digantikan oleh apapun, demi mengetahui jati dirinya yang selama ini terasa hilang. (Penulis : Warsito)

Array

Berita Terkait

Komentar