PT. BERITA ISTANA NEGARA

Manfaat Air Putri Mandalika: Penemuan yang Mengubah Hidup Masyarakat Lombok

Berita Istana - Sabtu, 17 Agustus 2024 09:19

Lombok, NTB – Pada Sabtu, 17 Agustus 2024, di kediaman Umar, seorang Sultan dari Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, digelar pertemuan penting yang membahas manfaat dan potensi dari Air Putri Mandalika. Air yang bersumber dari pegunungan Sesaot ini telah lama dipercaya oleh masyarakat Lombok dan para pengunjung memiliki khasiat luar biasa.

Putri Mandalika, seorang putri dari Kerajaan Tonjang Beru di Pulau Lombok Tengah, NTB, menjadi inspirasi utama dari penemuan ini. Air yang dinamakan sesuai dengan namanya ini telah menarik perhatian publik dan menjadi sorotan dalam pertemuan tersebut.

Pertemuan ini digagas oleh Direktur Utama PT Berita Istana Negara dan disepakati oleh Dedy Afriandi Nusbar, SH, yang merupakan tim kuasa hukum dari PT Berita Istana Negara. Penemuan ini juga melibatkan Umar, Sultan dari Mandalika, yang memainkan peran penting dalam mencetuskan merek dan logo dari Air Putri Mandalika.

Manfaat Air Putri Mandalika

Air Putri Mandalika, yang bersumber dari mata air alami di sekitar kawasan wisata Pantai Seger, telah lama dipercaya oleh masyarakat setempat memiliki khasiat penyembuhan. Banyak penduduk lokal yang memanfaatkan air ini untuk mengobati berbagai penyakit kulit, seperti eksim dan jerawat. Selain itu, air ini sering digunakan sebagai air minum yang menyegarkan dan kaya mineral, yang diyakini dapat meningkatkan vitalitas dan kebugaran tubuh.

Menurut beberapa ahli, air ini mengandung mineral alami seperti magnesium dan kalsium yang penting untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi. Kandungan lainnya, seperti silika, juga berperan dalam menjaga elastisitas kulit dan memperlambat penuaan dini. Dengan kandungan mineral yang kaya, Air Putri Mandalika tidak hanya memberikan manfaat fisik, tetapi juga efek relaksasi yang membantu mengurangi stres.

Dampak Lingkungan

Air Putri Mandalika berasal dari sumber alam yang murni di pegunungan Sesaot, yang kaya akan mineral dan bersifat ramah lingkungan. Pengelolaan sumber air ini dilakukan dengan cara yang menjaga kelestarian alam sekitar, sehingga memberi dampak positif terhadap ekosistem lokal.

 Manfaat Kesehatan

Air ini dipercaya memiliki khasiat penyembuhan dan meningkatkan kesehatan. Dengan kandungan mineral alami yang tinggi, Air Putri Mandalika menjadi pilihan utama bagi masyarakat yang menginginkan air minum yang sehat dan menyegarkan. Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa air ini dapat membantu meningkatkan vitalitas dan sistem kekebalan tubuh.

Cerita Putri Mandalika

Legenda Putri Mandalika adalah salah satu kisah legendaris dari Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Cerita ini berkaitan dengan tradisi menangkap cacing laut atau “Bau Nyale,” yang diyakini sebagai jelmaan dari Putri Mandalika.

Putri Mandalika, atau lebih dikenal sebagai Mandalika, adalah putri dari Kerajaan Tonjang Beru di Pulau Lombok. Raja Kerajaan Tonjang Beru dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana, sementara Putri Mandalika dikenal karena kecantikannya yang tersohor, serta kelembutan dan sifatnya yang suka menolong.

Kecantikannya menarik perhatian banyak pangeran yang ingin meminangnya. Namun, demi tanggung jawab sebagai putri, Mandalika memutuskan untuk bertapa dan meminta petunjuk. Setelah mendapat petunjuk, ia mengundang para pangeran untuk berkumpul di Pantai Seger (sekarang dikenal sebagai Pantai Kuta, Lombok) pada tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan Sasak.

Pada hari yang ditentukan, Putri Mandalika datang dengan mengenakan pakaian sutra yang indah. Namun, keputusan yang diambilnya mengejutkan semua orang; ia memilih untuk menerima semua pinangan demi menjaga kedamaian di pulau tersebut. Setelah menyampaikan keputusannya, Putri Mandalika menjatuhkan dirinya ke laut dan hilang ditelan ombak. Setelah kejadian itu, muncul makhluk-makhluk kecil menyerupai cacing yang dikenal sebagai nyale. Masyarakat setempat percaya bahwa nyale adalah jelmaan Putri Mandalika.

Tradisi Bau Nyale di Lombok

Tradisi Bau Nyale merupakan warisan budaya masyarakat Suku Sasak yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Festival ini dilakukan untuk mengenang pengorbanan Putri Mandalika. Tradisi ini biasanya dilakukan di Pantai Seger, Kuta, Lombok Tengah.

Tata Cara Tradisi Bau Nyale

Prosesi Bau Nyale dimulai dengan “sangkep,” yaitu pertemuan para tokoh adat untuk menentukan hari baik untuk menangkap nyale. Sebelum tradisi dimulai, dilakukan “mepaosan,” yaitu pembacaan lontar oleh tokoh adat sehari sebelum pelaksanaan tradisi di Bale Saka Pat, bangunan tradisional tiang empat. Lontar dibaca dalam bentuk tembang pupuh atau nyanyian tradisional.

Upacara Bau Nyale dilakukan pada dini hari sebelum masyarakat turun ke laut untuk menangkap nyale. Upacara ini dinamakan “Nede Rahayu Ayuning Jagad” dan dilaksanakan oleh para tetua adat dengan cara berkumpul dalam posisi melingkar dengan jajanan dalam bentuk gunungan yang diletakkan di tengah-tengah.

Kesimpulan

Air Putri Mandalika, dengan berbagai manfaat yang ditawarkannya, tidak hanya berperan sebagai sumber air yang menyehatkan, tetapi juga sebagai bagian dari identitas budaya Lombok. Penemuan ini diharapkan dapat terus berkembang dan memberi manfaat luas, baik bagi masyarakat lokal maupun pengunjung yang datang ke Lombok. Dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk PT Berita Istana Negara dan tim kuasa hukumnya, menjadi langkah awal dalam mempopulerkan Air Putri Mandalika ke seluruh Nusantara.

Sumber: Umar
Ditulis oleh: Warsito

_Artikel ini telah tayang di Berita Istana dengan judul “Manfaat Air Putri Mandalika: Penemuan yang Mengubah Hidup Masyarakat Lombok.”_

Array

Berita Terkait

Komentar